04 Maret 2013

Cerpen Kejadian Yang Tak Disangka-Sangka


KEJADIAN YANG TAK DI SANGKA-SANGKA
Karya Resti Nurmalasari

Aku Tierra, Aku duduk dibangku kelas IX SMP. Aku termasuk anak yang lumayan rajin, karena itu aku masuk di kelas A. kelas A, adalah kelas yang diinginkan oleh semua Murid. Awalnya aku masuk kelas B, tapi nggak tahu kenapa, waktu semester 2 aku naik ke kelas A, aku kaget, dan aku senang banget. Aku mengikuti ekstrakulikurel Pramuka. Karena aku suka banget dengan Paramuka, karena didalam Pramuka aku menjadi disiplin dan mandiri.

Biasa jam 05.00 pagi aku bangun, aku mandi. Setelah mandi, aku sholat shubuh, aku membereskan buku pelajaran yang akan di bawa sekolah. Sebelum berangkat aku sarapan dulu.
Dari luar sudah terdengar suara Briyan yang memanggil-manggilku. Lalu aku bergegas pamitan kepada ibuku dan berangkat. Aku berangkat di jemput oleh Briyan dan pulangnya pun di antar oleh Briyan. Briyan sangat baik padaku. Kami berdua satu sekolah dan satu kelas. Kami pun duduk bareng. Kami sudah lama bersahabat. Kami bersahabat sudah hampir tiga tahun. Dia suka curhat kepadaku dan begitu pun aku suka curhat kepada dia.

Hari Sabtu pelajarannya olahraga. Lalu Briyan mengajakku basket.
“Tieer, basket yuk?” ajaknya.
“Enggak ah!” jawabku.
“Kenapa?” tanyanya lagi.
“Aku nggak bisa basket,” jawabku lagi.
“Tenang, aku ajarin,” ajaknya.
“Bener nih, awas kalau kamu bohong,” jawabku kembali.
Kami berdua main basket, aku tidak bisa basket oleh Briyan di ajarin basket. Tiba-tiba Bel tanda istirahan pun berbunyi. Aku dan Briyan pergi ke kantin untuk membeli makanan dan minuman. Selesai makan kami langsung perg ke kelas, karena teman-teman sudah menunggu. Sampai di kelas, aku langsung pergi ke WC untuk mangganti baju, karena masih ada pelajaran berikutnya.

Bel tanda berakhirnya pelajaran telah berbunyi. Bryan langsung menghapiriku, dan mengajakku pulang. Di jalan kami bercanda-canda,. Tiba-tiba Briyan berhenti dan memandangku. Namun pandangannya kali ini berbeda dengan yang sebelum-sebelumnya.
“Kenapa Yan, kok berhenti sih?” tanyaku heran.
“Enggak, aku cuma pingin lihat wajah kamu yang sangat manis,” jawabnya sambil senyum.
“Kamu ada-ada saja, aku kan jelek,” jawabku lagi.
“Beneran, aku tidak bohong,” jawabnya lagi.
“Sudahlah ayo jalan lagi. Ibuku sudah menunggu di rumah,” ajakku padanya.

Briyan pun menjalankan motornya kembali. Sesampainya di rumah, seperti biuasa Briyan mampir dulu ke rumahku. Kami berdua masuk ke dalam rumah, kami ngobrol-ngobrol. Tiba-tiba, ibu muncul dari dapur sambil membawa teh manis dan pisang cokelat.
“Nak Briyan, ini ibu buatkan teh manis, dan ini kebetulan ibu sedang goreng pisang cokelat kesukaan Tierra. Silahkan dicicipi,” kata ibu.
“Makasih banyak Bu, jadi merepotkan,” ujar Briyan.
“Enggak apa-apa,” jawab ibu.
Kami ngobrol-ngobrol sudah lumayan lama, kami ngobrol sudah hampir dua jam. Briyan pun berpamitan untuk pulang.
Malam Minggu, adalah malam yang di tunggu-tunggu oleh setiap orang yang mempunyai pacar. Karena di malam Minggu, mereka gunakan untuk bermain/jalan-jalan bersama pacar mereka. Tapi bagiku, malam Minggu adalah malam yang biasa saja, seperti malam-malam yang lainnya. Di malam Minggu, aku biasa menghabiskan waktu bersama ibuku. Karena ayahku sedang bekerja di lua kota. Jadi kami hanya tinggal berdua.

Tiba-tiba, handphoneku berbunyi, aku langsung lari menuju kamarku untuk mengambil handphone dan ketika aku angkat ternyata Briyan yang nelpon. Aku kaget, karena malam-malam Briyan nelpon. Biasanya dia nelpon pagi-pagi untuk menanyakan pelajaran.
“Hello, Assalamu’alaikum,” sapaku.
“Wa’alaikumssalam,” jawabnya.
“Tumben malam-malam kamu nelpon, ada apa?” tanyaku heran.
“Besok aku akan ke rumahmu, dan besok aku akan ajak kamu ke tempat biasa ketika aku sedang sedih,” jawabnya lagi.
“Ya, besok aku tunggu di rumah,” jawabku.
“Sudah dulu yah, Assamu’laikum.”
“Wa’alaikumssalam.”

Selesai menelpon, aku langsung menghampiri ibuku yang sedang nonton TV di ruang tengah. Ibu sangat baik padaku, ibu sudah merawatku sejal kecil. Olehkarena itu aku sangat sayang pada ibu. Dan pada saat ayahku mau berangkat ke luar kota ayah mengajak ibu, namun ibu tidak mau. Ibu lebih memilih tinggal di desa daripada tinggal di kota. Ketika ayahku pergi aku baru berusia 7 tahun., dan pada waktu itu aku baru kelas 1 SD. Sampai sekarang aku kelas IX SMP ayahku belum pulang mungkin di sana ayah sibuk dengan pekerjaannya. Tetapi dalam kesibukannya, ayah masih menyempatkan waktu untuk menelpon kepada kami. Kata ayah, besok malam tahun baru ayah akan pulang, dan katanya ayah tidak akan berangkat ke luar kota lagi. Karena ayah sangat sayang padaku.
Besok paginya, seperti biasa aku bangun jam 04.30 pagi, aku cuci muka dan mengambil wudhu terus sholat shubuh. Selesai sholat aku membantu ibu cuci piring, ngepel, dan nyuci bajuku dan baju ibu. Habis nyuci baju barulah aku mandi dan sarapan. Setelah sarapan aku menyempatkan waktu 20 menit untuk membaca buku.

Sambil menunggu Briyan, aku membantu ibu. Kebetulan ibu sedang membuat kue donat karena ada pesanan. Dari luar sudah terdengar suara motor Briyan. Briyan pun mengucapkan salam.
“Assalamu’alaikum,” salamnya.
“Wa’alaikumssalam, eh kamu Yan, silahkan masuk,” jawbku.
“Ya, kamu sedang apa Ti?” tanyanya.
“Aku sedang bantu ibu membuat kue donat,” jawabku.
“O,” jawabnya.

Ketika Briyan sudah di rumahku aku pun langsung ganti baju. Kami berangkat menggunakan motor. Sesampainya di tempat itu aku disuruh menutup mataku. Ya terpaksa aku harus menutup mataku. Setelah beberapa menit lalu Briyan menyuruhku untuk membuka mataku.
“Coba sekarang buka matamu,” ujarnya.
“Ya,”

Ketika aku buka mataku ternyata aku berada di sebuah taman yang sangat indah, dan Briyan duduk di sampingku sambil memegang sekuntung mawar merah. bunga tersebut lalu di berikan kepadaku dan dia berkata.
“Ti, aku boleh ngomong sesuatu nggak?” katanya.
“Boleh! Emang ada apa?” tanyaku.
“I LOVE YOU! Maukah kamu menjadi pacarku?” tanyanya lagi.
“Emm, maaf yah, aku nggak bisa nolak kamu,” jawabku.
“Berarti kamu mau menjadi pacarku?” tanyanya penasaran.
“Ya,” jawabku lagi.

0 komentar:

Posting Komentar